Rabu, 16 Desember 2009

NUANSA LEBARAN DI TURKI; SEMPALAN WARISAN BUDAYA ISLAM DINASTI UTSMANIYAH


Akhirnya, tiba juga kita di gerbang Idul Fitri. Hari raya umat Islam seluruh dunia. Kemeriahan hari raya Idul Fitri menyeruak ke seluruh pelosok negeri. Perasaan gembira dan haru menyelimuti seluruh kaum muslimin.Dan kemenangan pun menjadi hadiah nobel tersendiri bagi umat Muhammad Saw.

Berbagai ekspresi atas kemenangan yang telah dipersembahkan kepada umat terbaik ini, memberikan nilai plus terendiri. Semua kaum muslimin mempunyai tata cara masing-masing dalam mengisi hari raya ini, sesuai dengan sosio kulturalnya masing-masing. Sungguh, sebuah anugrah yang tak ternilai, keberagaman cara dalam sebuah momen emas. Itulah Islam.

Turki merupakan sebuah negeri yang sempat menjadi ibu kota peradaban umat Islam selama rentang beberapa abad. Negeri yang dibelah oleh Selat Bosporus ini menjadi saksi bisu kejayaan Islam, sebelum akhirnya dihancurkan oleh kaum kapitalis. Walaupun dalam tatanan kehidupannya diformat dengan sistem sekuler, ternyata 90% rakyatnya masih memelihara nilai-nilai Islam. Meskipun begitu dalam implikasinya harus manut terhadap kebijakan-kebijakan norma sekuler negeri itu.

Di Turki sendiri, perayaan Idul Fitri masih tetap dipelihara hingga saat ini. Kalau di negeri kita lebih kental dengan istilah lebaran, maka di Turki dikenal dengan Bayram. Sebuah istilah yang mengkhususkan hari raya Idul Fitri. Ucapan selamat hari raya bersahutan diantara mereka pada hari raya ini. Ucapan yang terlontar biasanya berbunyi: "Bayramınız Kutlu Olsun atau Bayramınız Mübarek Olsun, yang artinya semoga hari raya Idul Fitri ini menjadi berkah."

Sambil mengenakan bayramlik -- pakaian khas yang dikenakan ketika Idul Fitri -- mereka meramaikan hari raya ini dengan penuh kegembiraan. Sebenarnya tradisi mereka tidak jauh beda dengan kebiasaan umat Islam Indonesia. Namun dalam implementasinya saja yang berbeda.

Silaturahmi misalnya, selalu menjadi agenda wajib bagi mereka. Aplikasinya kaum muda mengunjungi kaum tua, sebagai rasa penghormatan. Mereka saling berma'afan dan meleburkan semua kesalahan dan dosa diantara mereka.

Sungkeman yang menjadi tradisi kita, ternyata di Turki pun ada. Namun tatanan prakteknya berbeda. Kalau kebiasaan di tanah air para anak mencium tangan kanan orang tua sambil menundukkan dan merendahkan badan, tapi di Turki para orang tua mencium tangan kanan mereka untuk selanjutnya dipegangkan di dahi anak mereka sambil memanjatkan do'a buat para anak.

Ziarah kubur, yang sering kita istilahkan dengan nyekar pun menjadi pemandangan tersendiri pada hari raya Idul Fitri di Turki. Malahan, kegiatan nyekar ini lebih semarak. Hal ini ditandai dengan menjamurnya pasar bunga hanya untuk menopang kegiatan nyekar. Dan biasanya pasar bunga ini ramai sampai 3 hari berturut-turut.

Bagaimana dengan anak-anak? Apakah lebaran memberikan kegembiraan tersendiri bagi mereka? Seperti halnya di beberapa negara yang berpenduduk muslim, anak-anak selalu merasa diuntungkan dengan hari raya ini. Anak-anak Turki biasanya mengunjungi rumah para tetangga selepas shalat 'ied. Mereka mengetuk rumah para tetangga sambil menengadahkan tangan mereka, bersiap-siap menerima baklava atau lokum, permen khas Turki.

Meskipun Turki masih dibayangi oleh golongan militer yang suatu saat bisa menekan dan mematikan pergerakan Islam, tapi ternyata nilai Islam masih begitu sangat kentara di negeri ini. Dan begitulah kegembiraan rakyat Turki saat memasuki hari raya Idul Fitri.


(Tulisan ini pernah dimuat di buletin Manggala Jawa Barat, edisi interaktif lebaran Thn 2008-2009)


Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl